Kamis, 16 Desember 2010

makalah SHALAT

KATA  PENGANTAR
           Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusunan makalah ini  tidak akan sanggup terselesaikan dengan baik.
               Umat manusia yang takwa kepada Allah SWT adalah menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Menjalankan segala perintahnya antara lain adalah beribadah kepada Tuhan Yang Maha Pencipta yaitu shalat. Namun, tidak sedikit umat manusia menganggap ibadah shalat kepada Allah SWT tidak penting. Banyak sekali umat muslim yang melalaikan shalat, padahal yang ditanya pertama pada hari kiamat adalah shalat.
Mendirikan shalat beda dengan sekadar melaksanakan. Mendirikan shalat punya kesan adanya suatu perjuangan, keseriuasan, kedisiplinan, dan konsentrasi tingkat tinggi. Jika sekadar melaksanakan, tak perlu susah payah, cukup santai asal terlaksana. Itulah sebabnya Allah memilih kata perintah "aqim" yang berarti dirikan, tegakkan, luruskan.
Kenyataannya tidak demikian, banyak di antara kaum muslimin yang melaksanakan shalat tapi tidak menegakkannya. Bagi mereka pokoknya shalat, kewajiban gugur lepas dari ancaman siksa, dan menunggu pahala. Cukup. Andai ada sensus tentang pelaksanaan shalat ini, maka dapat dipastikan bahwa bagian terbesar ummat Islam adalah golongan ini. Dengan demikian penulis mencoba menulis makalah ini.
.              Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang shalat wajib maupun shalat sunnah.makalah ini menyajikan sajikan berdasarkan dari berbagai sumber diinternet maupun dibuku-buku. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah SWT akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini hanya dibuat sebagai salah satu tugas mata kuliah yang harus diselesaikan oleh penulis. Penulis hanya mencoba memberikan pengetahuan tentang shalat. Penulis mengakui secara terbuka bahwa makalah ini masih banyak kekurangan yang perlu dibenahi. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka penulis menyambut segala tegur sapa serta koreksi demi perbaikan makalah ini. Terima kasih.

Cimahi,  November  2009

                                                                                                                           Berta Dedetrianto
                                                                                                                         09520014



BAB I PENDAHULUAN

1.1.         Latar Belakang
Ibadah merupakan suatu kewajiban bagi umat manusia terhadap Tuhannya dan dengan ibadah manusia akan mendapat ketenangan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat nanti. Bentuk dan jenis ibadah sangat bermacam – macam, seperti Sholat puasa, naik haji, jihad, membaca Al-Qur'an, dan lainnya. Dan setiap ibadah memiliki syarat – syarat untuk dapat melakukannya, dan ada pula yang tidak memiliki syarat mutlak untuk melakukannya. Diantara ibadah yang memiliki syarat – syarat diantaranya haji, yang memiliki syarat–syarat, yaitu mampu dalam biaya perjalannya, baligh, berakal, dan sebagainya. Dan contoh lain jika kita akan melakukan ibadah sholat maka kita harus mengerti tata cara shalat, rukun shalat, serta niat shalat tersebut.
Di era globalisasi seperti sekarang ini banyak sekali umat manusia yaitu umat muslim  hanya sekedar melaksanakan shalat tanpa melihat dan memahami syarat-syarat, rukun dan niat shalat. Misalnya melaksanakan shalat tetapi tidak dengan sikap yang benar, tidak tertib dan lain-lain. Hal sepeleh itu  membuat  ibadah shalat kita tidak akan diterima. Ini berarti bahwa syarat-syarat, rukun shalat dan tata cara shalat yang benar sangat menentukan sah tidaknya kita shalat setelah kita bersuci dengan benar-benar suci dari hadats dan najis. Demikian penulis menulis makalah ini dengan mencari sumber dan informasi-informasi dari internet tentang shalat dari shalat wajib, sunnah, niat, rukun syarat-syarat dan sebagainya yang ada sangkut pautnya dengan shalat. Hal ini terjadi dikarnakan  seringnya  ditemukan penyepelehan tantang shalat sebagai gerbang menuju kebahagiaan di akherat yang dijanjikan Allah SWT.

1.2.         Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis merumuskan masalah makalahnya tentang cara malaksanakan, syarat-syarat, rukun dan apa saja yang berkaitan dengan shalat.

1.3.         Tujuan

            Berdasarkan pemaparan latar belakang dan rumusan masalah, maka penulis menulis makalah ini mengharapkan supaya makalah ini dapat menjadi pedoman tambahan bagi siapapun yang membaca dan melaksanakn ibadah shalat kepada Allah SWT dengan rasa iman , khusyu’, dan ikhlas dengan niat “li-ibtiqhaa-I mardlaa-tillah”, yakni untuk memperoleh keridhoan Allah, baik di dunia maupun di akherat.



BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian dan Hukum Shalat

            Menurut syariat Islam, praktik shalat harus sesuai dengan segala petunjuk tata cara Rasulullah SAW sebagai figur pengejawantah perintah Allah. Shalat secara bahasa berasal dari bahasa Arab yang memiliki yang artinya do’. Sedangkan menurut istilah shalat bermakna serangkaian kegiatan ibadah khusus atau tertentu yang dimulai dengan takbiratul ihramd dan diakhiri dengan salam. Ada juga yagn mengartikan shalat ialah berharap hati kepada Allah sebagai ibadat dalam bentuk beberapa perkataan dan perbuatan yang dimuali dengan takbir dan diakhiri dengan salam serta menurut syarat-syarat yang telah ditentukan.
            Dalam banyak hadits, Muhammad telah memberikan peringatan keras kepada orang yang suka meninggalkan shalat, diantaranya ia bersabda: "Perjanjian yang memisahkan kita dengan mereka adalah shalat. Barangsiapa yang meninggalkan shalat, maka berarti dia telah kafir”.
Orang yang meninggalkan shalat maka pada hari kiamat akan disandingkan bersama dengan orang-orang laknat, berdasarkan hadits berikut ini: “ Barangsiapa yang menjaga shalat maka ia menjadi cahaya, bukti dan keselamatan baginya pada hari kiamat dan barangsiapa yang tidak menjaganya maka ia tidak mendapatkan cahaya, bukti dan keselamatan dan pada hari kiamat ia akan bersama Qarun, Fir’aun, haman dan Ubay bin Khalaf ”.
Hukum shalat dapat dikategorisasikan sebagai berikut :
  • Fardhu, Shalat fardhu ialah shalat yang diwajibkan untuk mengerjakannya. Shalat Fardhu terbagi lagi menjadi dua, yaitu :
    • Fardhu ‘Ain : ialah kewajiban yang diwajibkan kepada mukallaf langsung berkaitan dengan dirinya dan tidak boleh ditinggalkan ataupun dilaksanakan oleh orang lain, seperti shalat lima waktu, dan shalat jumat (Fardhu 'Ain untuk pria).
    • Fardhu Kifayah : ialah kewajiban yang diwajibkan kepada mukallaf tidak langsung berkaitan dengan dirinya. Kewajiban itu menjadi sunnah setelah ada sebagian orang yang mengerjakannya. Akan tetapi bila tidak ada orang yang mengerjakannya maka kita wajib mengerjakannya dan menjadi berdosa bila tidak dikerjakan. Seperti shalat jenazah.
  • Nafilah (shalat sunnat), Shalat Nafilah adalah shalat-shalat yang dianjurkan atau disunnahkan akan tetapi tidak diwajibkan. Shalat nafilah terbagi lagi menjadi dua, yaitu:
    • Nafil Muakkad adalah shalat sunnat yang dianjurkan dengan penekanan yang kuat (hampir mendekati wajib), seperti shalat dua hari raya, shalat sunnat witir dan shalat sunnat thawaf.
    • Nafil Ghairu Muakkad adalah shalat sunnat yang dianjurkan tanpa penekanan yang kuat, seperti shalat sunnat Rawatib dan shalat sunnat yang sifatnya insidentil (tergantung waktu dan keadaan, seperti shalat kusuf/khusuf hanya dikerjakan ketika terjadi gerhana).


2.2. Syarat-Syarat Shalat
1.      Beragama islam.
2.      Sudah baliqh dan berakal.
3.      Suci dari hadats.
4.      Suci seluruh anggota badan, pakaian dan tempat.
5.      Menutup aurat, laki-laki auratnya antara pusat dengan lutut, sedangkan perempuan seluruh anggota badan kecuali muka dan dua telapak tangan.
6.      Masuk waktu yang telah ditentukan untuk masing-masing shalat.
7.      Menghadap kiblat.
8.      Mengetahui mana yang rukun dan mana yang sunnat

2.3. Rukun Shalat
1.      Niat.
2.      Takbiratul ihram.
3.      Berdiri tegak bagi yang berkuasa ketika shalat fardhu. Boleh sambil duduk dan berbaring  bagi yang sedang sakit.
4.      Membaca surat Al-Fatihah pada tiap raka’at.
5.      Ruku’ dengan thuma’ninah.
6.      I’tidal dengan thuma’ninah.
7.      Sujud dua kali dengan thuma’ninah.
8.      Duduk antara dua sujud dengan thuma’ninah.
9.      Duduk tasyahhud akhir dengan thuma’ninah.
10.  Membaca do’a tasyahhud akhir.
11.  Membaca shalawat Nabi pada tasyahhud akhir.
12.  Membaca salam yang pertama.
13.  Tertib; berurutan mengerjakan rukun-rukun tersebut.

2.4. Membatalkan Shalat
          Shalat itu batal ( tidak sah) apabila salah satu syarat rukun-rukunnya tidak dilaksanakan, atau ditingalkan dengan sengaja.
Shalat itu batal dengan hal-hal seperti tersebut:
1.      Berhadats.
2.      Terkena najis yang tidak dimaafkan.
3.      Berkata-kata dengan sengaja walaupun satu huruf yang memberikan pengertian.
4.      Terrbuka auratnya
5.      Mengubah niat, misalnya ingin memutuskan shalat.
6.      Makan atau minum meskipun sedikit.
7.      Bergerak berturut-turut tiga kali seperti melangkah atau berjalan sekali yang bersangatan.
8.      Membelakangi kiblat.
9.      Menambah rukun yang berupa perrbuatan, seperti ruku dan sujud.
10.  Tertawa terbahak-bahak.
11.  Mendahului imamnya dua rukun.
12.  Murtad, artinya keluar dari Islam.
2.5. Sunat dan Makruh Melakukan Shalat
a.     Sunat shalat.
Dalam mengerjakan shalat ada dua sunat, yaitu sunat Ab’adl dan sunat Hai’at.
1.      Sunat Ab’adl
                                   i.            Membaca tasyahhud awal.
                                 ii.            Membaca shalawat pada tasyahhud awal.
                               iii.            Membaca shalawat atas keluarga Nabi SAW pada Tasyahhud akhir.
                               iv.            Membaca Qunut pada shalat shubuh, dan shalat witir dalam pertengahan bulan ramadhan, hingga akhir bulan ramadhan.
2.      Sunat Hai’at
                                   i.            Mengangkat kedua telapak tangan ketika takbiratul ihram, ketika akan ruku’, dan ketika berrdiri dari ruku’.
                                 ii.            Meletakkan telapak tangan yang kanan di atas pergelangan yang kiri ketika berdekap (sedakep).
                               iii.            Membaca do’a Iftitah sehabis takbiratul ihram.
                               iv.            Membaca ta’awwudz (Auudzu billaahi minasy syaithaanirrajiim) ketika hendak membaca fatihah.
                                 v.            Membaca amin sesudah membaca fatihah.
                               vi.            Membaca Al-Qur’an pada dua raka’at pemulaan (raka’at pertama dan kedua) sehabis membaca Fatihah.
                             vii.            Mengeraskan bacaan fatihah dan surah pada raka’at pertama dan kedua padda shalat magrib, isya, dan shubuh selain ma’mum.
                           viii.            Membaca takbir ketika gerakan naik turun.
                               ix.            Membaca tasbih ketika ruku’ dan sujud.
                                 x.            Membaca “Sami’allahu liman hamidah” ketika bangkit dari ruku’ dan membaca “Rabbanaa lakal hamdu……..” ketika I’tidal.
                               xi.            Meletakkan telapak tangan di atas paha waktu duduk bertasyahhud awal dan akhir, dengan membentangkan yang kiri dan menggenggamkan yang kanan kecuali jari telunjuk.
                             xii.            Duduk iftisary dalam semua duuk shalat.
                           xiii.            Duduk tawarruk (bersimpuh) pada waktu duduk tasyahhud akhir.
                           xiv.            Membaca salam yang kedua.
                             xv.            Memalingkan muka kekanan dan kekiri masing-masing membaca salam pertama dan kedua.

b.      Makruh Shalat
Orang yang sedang shalat dimakruhkan:
                                i.            Menaruh telapak tangannya di dalam lengan bajunya ketika takbiratul ihram, ruku’ dan sujud.
                              ii.            Menutup mulutnya rapat-rapat.
                            iii.            Terbuka kepalanya.
                            iv.            Bertolak pinggang.
                              v.            Memalingkan muka kekiri dan ke kanan.
                            vi.            Memejamkan mata.
                          vii.            Menengadah ke lagit.
                        viii.            Menahan hadas.
                            ix.            Berludah.
                              x.            Mengerjakan shalat di atas kuburan.
                            xi.            Melakukan hal-hal yang mengurangi ke khusy’an shalat.

2.6.         Hal-hal yang Mungkin Dilupakan
Dalam melaksanakan shalat mungkin pula ada hal-hal yang dilupakan, misalnya:
1.      Jika yang dilupakan itu fardhu.
Tidak cukup diganti dengan sujud sahwi. Jika orang telah ingat ketika ia sedang shalat, haruslah cepat-cepat ia melaksanaannya atau ingat setelah  salam, sedang jarak waktunya masih sebentar, maka wajiblah ia menunaikannya apa yang terlupakan, lalu sujud sahwi
(sujud sunat karena lupa).
2.      Jika yang dilakukan itu sunat ab’adl.
Tidak perlu diulangi, yakni kita meneruskan shalat itu hingga selesai, dan sebelum salam kita disunatkan sujud sahwi.
3.      Jika yang terlupakan itu sunat hai’at.
Tidak perlu diulangi apa yang dilupakan itu, dan tidak perlu sujud sahwi.

Lafazh sujud sahwi : “Subhaana man laa yanaamu walaa yas-hu”
Artinya: “Mahasuci Allah yang tidak tidur dan tidak lupa”

Sujud sahwi itu hukumnya sunat, dan letaknya sebelum salam, dikerjakan dua kali sebagaimana sujud biasa.
Apabila orang bimbang atau ragu-ragu tentang jumlah bilangan raka’at yang telah dilakukan , haruslah ia menetapkan yang yakin, yaitu yang paling sedikit dan hendaklah ia sujud sahwi.


2.7.         Bacaan-Bacaan dalam Mengerjakan Shalat
1.      Cara-cara Mengerjakan Shalat
a.       Berdiri tegak menghadap kiblat dan niat mengerjakan shalat. Niat shalat menurut shalat yang sedang dikerjakan, misalnya shalat shubuhdan sebagainya (Niat shalat ialah di dalam hati).
b.      Lalu mengangkat kedua belah tangan serta membaca “Allahu Akbar”.
setelah takbiratul ihram kedua belah tangannya disedekapkan pada dada. Kemudian membaca do’a iftitah.

Bacaan do’a Iftitah.
“Allahu akbar kabiiraa wal hamdu lillahi katsiiraa wasub-haanallahi bukratan wa-ashiilaa. Innii wajjaahtu wajhiya lilladzii fatharassa-maawaati wal-ardla haniifan musliman wamaa anaa minal musyrikiina. Inna shalaatii wanusukii wamahyaaya wama-maatii lillahi rabbil aalamiina. Laasyarikalahu wabidzaalika umirtu wa’anaa minal muslimin”.

Artinya: “Allah Maha Besar lagi sempurna Kebesaran-Nya, segala puji bagi-Nya dan Maha Suci Allah sepanjang pagi dan sore. Kuhadapkan muka hatiku kepada Dzat yang menciptakan langit dan bumi dengan keadaan lurus dan menyerahkan diri dan aku bukanlah dari golongan kaum musyrikin. Sesungguhnya shalatku ibadatku, hiduku, matiku semata hanya untuk Allah seru sekian lama. Tidak ada sekutu bagi-Nya dan dengan aku diperintahkan untuk tidak menyekutukan bagi-Nya. Dan aku dari golongan orang muslimin”.

Setelah membaca do’a iftitah, kemudian membaca surat Fatihah. Setelah membaca surat fatihah dalam raka’at yang pertama dan kedua bagi orang yang shalat sendirian atau iamam, disunatkan membaca surat atau ayat-ayat Al-Qur’an.
c.       Ruku’: selesai membaca surat, lalu mengangkat kedua belah tangan setinggi telinga seraya membaca “ALLAHU AKBAR”, terus badannya membungkuk, kedua tangannya memegang lutut dan ditekankan antara punggung dan kepala supaya rata.
Setelah cukup sempurna bacalah tasbih 3 X dengan lafazh:
Subhaana rabbiyal’a-dzimi wabihamdihi”
Artinya: “Mahasuci Tuhan Maha Agung serta memujilah aku kepada-Nya”.
d.      I’tidal : selesai ruku’, terus bangkitlah tegak dengan mengangkat kedua belah tangan setentang telinga, seraya membaca “SAMI’ALLAHU LIMAN HAMIDAH” Artinya : “Allah mendengar orang yang memuji-Nya”.
Pada waktu berdiri I’tidal terus membaca “Rabbanaa lakal hamdu mil- ussamaawaati wamil-ul ardli wamil-u maa syi’in ba’du”.
Artinya: “Ya Allah Tuhan kami! Bagi-Mu segala puji, sepenuh langit dan bumi, dan sepenuh barang yang Kau kehendaki sesudah itu”.
e.       Sujud : setelah I’tidal terus sujud (tersungkur kebumi) dengan meletakkan dahi kebumi, dan ketika turun seraya membaca “ALLAHU AKBAR”, dan setelah sujud membaca tasbih dengan lafazh “SUBHAANA RABBIYAL A’LAA WABIHAMDIHI” sebanyak 3 X. yang artimya : “ Mahasuci Tuhan Maha Tinggi serta memujilah aku kepada-Nya”.
f.       Duduk antara dua sujud : setelah sujud kemudian duduk serta membaca “ALLAHU AKBAR” dan setelah duduk membaca :
“ RABBIGHFIRLII WARHAMNII WAJBURNII WARFA’NII WARZUQNII WAHDINII WA’AAFINII WA’FUANNII”.
Artinya : “Ya Allah, ampunilah dosaku, belas kasihanilah aku dan cukupkanlah segala kekurangandan angkatlah derajat kami dan berilah rizqi kepadaku, dan berrilah aku petunjuk dan berilah kesehatan kepadakudan berilah ampunan kepadaku”.
g.      Sujud kedua : sujud kedua, ketiga , keempat dikerjakan seperti sujud yang pertama baik caranya maupun bacaannya.
h.      Duduk tasyahud/  tahayat awal : pada raka’at kedua, kalau shalat kita tiga raka’at atau empat raka’at, maka pada raka’at kedua ini kita duduk untuk membaca tasyahud/ tahyat awal, dengan duduk kaki kanan tegak dan telapak kaki kiri diduduki.
Bacaan tasyahud awal :
“Attahiyaatul mubaarakaatush shalawaatuuth thayyibaatu lilaah. Assalaamu ‘alaika ayyuhan  nabiyyu warahmatullahi wabarakaatuh assalaamu’alainaa wa’alaa ‘ibaadillahish shaalihiin. Asy-hadu al laa ilaaha illallah , wa-asyhadu anna muhammadar rasuulullah. Allahumma shalli ‘alaa sayyidinaa Muhammad”.

Artinya : “Segala kehormatan, keberkahan, kebahagiaan, dan kebaikan bagi Allah. Salam, rahmat dan berkah-Nya kupanjatkan kepadamu wahai Nabi (Muhammad). Salam (keselamatan) semoga tetap untuk kami seluruh hamba yang shaleh-shaleh. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Allah, dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Ya Allah ! Limpahilah rahmat kepada Nabi Muhammad”.
i.        Tasyahud akhir : bacaan tasyahud akhir ialah seperti tahyat awal yang ditambah dengan shalawat atas warrga Nabi Muhammad, dan lafazh sbb :

“Wa ‘alaa aali sayyidinaa Muhammad”

 Artinya : “Ya Allah ! Limpahilah rahmat atas keluarga Nabi Muhammad!!”
Cara duduk pada saat tahyat :
                                                     i.            Supaya pantat langsung ketanah dan kaki kiri dimasukkan kebawah kaki kanan.
                                                   ii.            Jari-jari kaki kanan tetap menekan ketanah.
                       Pada saat tahyat akhir disunnatkan membaca shalawat Ibrhimiyah. Dengan  lapazh:
                       “Kama Shallaita ‘alaa sayyidinaa Ibrahiima wa’alaa aali sayyidinaa Ibrahiim wabaarika ‘alaa sayyidinaa Muhammad wa’alaa aali sayyidinaa Muhammad. Kamaa baarakta ‘alaa sayyidinaa Ibrahim wa’alaa aali sayyidinaa Ibrahiim fil’aala mina innaka hamiidum majiid”.
Artinya : “Sebagaimana pernah Engkau beri rahmat kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Dan limpahilah berkah atas Nabi Muhammad beserta para kelurganya. Sebagaimana Engkau memberi berkah kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Diseluruh alam semesta engkaulah yang terpuji, dan Maha Mulia”.
j.        Salam : selesai tahyat akhir, kemudian salam dengan menengok kekanan dan kekiri dengan membaca “Assalaamu’alaikum warahmatullahi”
Dengan salam ini maka berakhirlah shalat kita.
2.8.         Niat dan Waktunya Shalat Fardlu
1.      Shalat dhuhur
Shalat dhuhur awal waktunya setelah cenderung matahari dari pertengahan langit. Akhir waktunya apabila baying-bayang sesuatu telah sama panjangnya dengan sesuatu itu.
Niat shalat dhuhur :
“Ushallii fardhadh dhuhri arba’a raka’aatin mustaqbilal qiblati adaa-an (ma’muuman / imaaman) lillahi ta’aala”. Allahu akbar.
Artinya : “Saya menyengaja shalat fardlu dhuhur empat raka’at menghadap kiblat (ma’muman/ imaman) karena Allah”. Allahu akbar.
2.      Shalat ashar
Shalat ini dimulai dari habis wahtu dhuhur sampai terbenamnya matahari.
Niat shalat ashar :
“ Ushalli fardlal ‘ashri arba’a raka’aatin mustaqbilal qiblati adaa-an (ma’muuman / imaaman) lillahi ta’aala”. Allahu akbar.
Artinya : “Saya menyengaja shalat fardlu ashar empat raka’at menghadap kiblat (ma’muman/ imaman) karena Allah”. Allahu akbar.
3.      Shalat maghrib
Waktu shalat ini adalah dari terbenamnya matahari sampai hilangnya awan senja merah.
Niat shalat maghrib :
Ushallii fardhlal maghribi tsalaatsa raka’aatin mustaqbilal qiblati adaa-an (ma’muuman / imaaman) lillahi ta’aala”. Allahu akbar.
Artinya : “Saya menyengaja shalat fardlu maghrib tiga raka’at menghadap kiblat (ma’muman/ imaman) karena Allah”. Allahu akbar.
4.      Shalat isya
Waktu shalat ini adalah dari terbenamnya awan senja hingga terbit fajar.
Niat shalat isya :

“Ushallii fardhlal ‘isyaa-i arba’a raka’aatin mustaqbilal qiblati adaa-an (ma’muuman / imaaman) lillahi ta’aala”. Allahu akbar.
Artinya : “Saya menyengaja shalat fardlu isya empat raka’at menghadap kiblat (ma’muman/ imaman) karena Allah”. Allahu akbar.
5.      Shalat shubuh
Waktunya dari terbitnya fajar sidiq hingga terbit matahari.
Niat shalat shubuh :
“Ushallii fardhlash shub-hi rak’ataini mustaqbilal qiblati adaa-an (ma’muuman / imaaman) lillahi ta’aala”. Allahu akbar.
Artinya : “Saya menyengaja shalat fardlu shubuh dua raka’at menghadap kiblat (ma’muman/ imaman) karena Allah”. Allahu akbar.
6.      Shalat jum’at
Shalat jum’at dilaksanakan pada hari jumat waktunya sama dengan waktu shalat dhuhur.
Niat shalat jum’at :
“Ushallii fardhlal jum’ati rak’ataini mustaqbilal qiblati adaa-an (ma’muuman / imaaman) lillahi ta’aala”. Allahu akbar.
Artinya : “Saya menyengaja shalat fardlu jum’atdua raka’at menghadap kiblat (ma’muman/ imaman) karena Allah”. Allahu akbar.
Shalat jum’at hukumnya fardhu’ain bagi tiap-tiap muslim, mukallaf, sehat, dan bermukim.

Syarat-syarat sahnya jum’at
                                      i.            Tempat shalat jum’at harus tertentu.
                                    ii.            Jumlah orang yang jema’ah jum’at sekurang-kurangnya 40 orang laki-laki.
                                  iii.            Dilakukan dalam waktu dhuhur.
                                  iv.            Sebelum shalat jum’at didahului oleh dua khuthbah.
                 Hukum khuthbah
                                   i.            Membaca “Alhamdulilah” dalam dua khuthbah itu.
                                 ii.            Membaca shalawat atas Nabi Muhammad SAW dalam dua khuthbah.
                               iii.            Berwasiat dengan “Taqwa” kepada Allah dalam dua khuthbah.
                               iv.            Membaca ayat Al-Qur’an dalam salah satu khuthbah.
                                 v.            Memohon maghfirah (ampunan) bagi sekalian mukminin pada khuthbah yang kedua.

               Syarat-syarat khuthbah
                                i.            Isi rukun khuthbah didengar 40 orang ahli jum’ah.
                              ii.            Berturut-turut antara khutbah pertama dan kedua.
                            iii.            Menutup auratnya.
                            iv.            Badan, pakaian, dan tempatnaya suci dari hadats da najis.

               Sunat-sunat jum’ah
                             i.            Mandi dan membersihkan tubuh.
                           ii.            Memakai pakaian putih.
                         iii.            Memotong kuku.
                         iv.            Memakai wangi-wangian.
                           v.            Memperrbanyak membaca ayat-ayat Al-Qur’an, do’a, dan dzikir.
                         vi.            Tenang waktu khatib membaca khuthbah.

2.9.         Shalat Qashar dan Jama’
1.     Shalat Qashar
Bagi orang yang dalam perjalanan berpergian dibolehkan menyingkat shalat wajib yang 4 raka’at menjadi 2 raka’at dengan syarat sbb:
a.  Jarak perjalanan sekurang-kurangnya dua hari perjalanan kaki atau dua marhalah (sama dengan 16 farsah = 138 km).
b.  Bepergian bukan untuk maksiat.
c.   Shalat yang boleh diqashar adalah shalat yang 4 raka’at saja dan bukan gadla.
d.  Niat mengqashar pada waktu takbiratul ihram.
e.   Tidak ma’mum kepaa orang yang bukan musafir.

2.     Shalat jama’
Shalat jama’ ialah shalat yang dikumpulkan, misalnya dhuhur dengan ashar, maghrib dengan ‘isya, di dalam stu waktu.


Cara melakukan shalat jama’ itu ada dua macam:
a.    Jika shalat dhuhur dengan ashar dikerjakan pada waktu dhuhur atau magrib dengan ‘isya dilakukan pada waktu magrib , maka jama’ itu disebut “jama’ taqdim”.
b.   Jika dilakukan sebaliknya maka disebut “jama’ ta’khir”, misalnya dhuhur dengan ashar dikerjakan pada waktu ashar dan maghrib dengan isya dikerjakan pada waktu ‘isya.

Syarat Jama’  Taqdim
a.    Dikerjakan dengan tetib; yakni dengan shalat yang pertama misalnya dhuhur dahulu, kemudian ashar dan magrib dulu baru ‘isya.
b.   Niat jama’ dilakukan pada shalat yang pertama.
c.    Berurutan antara keduanya; yakni tidak boleh disela dengan shalat sunat atau lain-lain perbuatan.

Syarat Jama’ Ta’hir :
a.    Niat jamak ta’khir dilakukan pada shalat pertama.
b.   Masih dalam perjalanan tempat datangnya waktu yang kedua.

2.10.    Niat Shalat Jama’ dan Qashar
      Musafir yang memenuhi syarat-syarat yang telah disebutkan diatas boleh mengerjakan shalat jama’ dan qashar sekaligus, yaitu mengumpulkan shalat dan memendendekkannya.

Lafazh niat shalat qashar dengan jama’ :
1.      Shalat dhuhur jama’ taqdim
“Ushallii fardlal zhuhri raka’ataini qashran majmuu’an ilaihil ‘ashru adaa-‘an lillaahi ta’-aala”. Allahu akbar.
Antinya : “Aku niat shalat fadhlu dhuhur dua raka’at qashar ­­­­, dengan jama' sama ashar fardlu karena Allah”. Allahu akbar.
2.      Shalat ‘Ashar jama’ taqdim
“Ushallii fardlal ‘ashri raka’ataini qashran majmuu’an ilazh zhuhri adaa-‘an lillaahi ta’-aala”. Allahu akbar.
Antinya : “Aku niat shalat fadhlu ashar dua raka’at qashar ­­­­, dengan jama' sama dhuhur fardlu karena Allah”. Allahu akbar.
3.      Shalat dhuhur jama’ ta’khir
“Ushallii fardlazh zhuhri raka’ataini qashran majmuu’an ilal ‘asri adaa-‘an lillaahi ta’-aala”. Allahu akbar.
Antinya : “Aku niat shalat dhuhur dua raka’at qashar ­­­­, dengan jama' sama ashar fardlu karena Allah”. Allahu akbar.


4.      Shalat ‘ashar jama’ ta’khir
“Ushallii fardlal ‘ashri raka’ataini qashran majmuu’an ilahil zhuhri adaa-‘an lillaahi ta’-aala”. Allahu akbar.
Antinya : “Aku niat shalat  ashar dua raka’at qashar ­­­­, dengan jama' sama dhuhur fardlu karena Allah”. Allahu akbar.
5.      Shalat maghrib jama Taqdim
“Ushallii fardlal maghribi tsalaatsa raka’ataaini majmuu’an ilahil isyaa-u adaa-‘an lillaahi ta’-aala”. Allahu akbar.
Antinya : “Aku niat shalat maghrib tiga raka’at jama' sama dhuhur fardlu karena Allah”. Allahu akbar.
6.      Shalat ‘isya jama’ taqdim
“Ushallii fardlal ‘isyaa-I raka’ataaini qashran majmuu’an ilal maghribi  adaa-‘an lillaahi ta’-aala”. Allahu akbar.
Antinya : “Aku niat shalat ‘isya dua raka’at qashar dan jama’ sama maghrib  fardlu karena Allah”. Allahu akbar.
7.      Shalat maghrib jama’ ta’khir
“Ushallii fardlal maghribi tsalaatsa raka’atin majmuu’an ilal isyaa-i adaa-‘an lillaahi ta’-aala”. Allahu akbar.
Antinya : “Aku niat shalat maghrib tiga raka’at jama’ sama ‘isya  fardlu karena Allah”. Allahu akbar.
8.      Shalat ‘isya jama’ ta’khir
“Ushallii fardlal ‘isyaa-i raka’ataini qashran majmuu’an ilaihil maghribi adaa-‘an lillaahi ta’-aala”. Allahu akbar.
Antinya : “Aku niat shalat ‘isya dua raka’at qashar dan jama’ sama maghrib fardlu karena Allah”. Allahu akbar.

2.11.    Shalat Bagi Orang Sakit
          Orang yang sedang sakit wajib pula mengerjakan  shalat, selama akal dan ingatannya masih sadar.
a.       Kalau tidak dapat berdiri,boleh mengerjakannya sambil duduk ataumun baring.
b.      Kalau duduk cara mengerjakan ruku’nya ialah dengan duduk membungkuk sedikit. Sedangkan yang baring kakinya diarahkan ke qiblat dan kepalanya ditinggikan kemudian cara ruku’ dan sujutnya cukup menggerakkan kepala menurut kemampuan. Jika tidak mampu baring telentang makacukup dengan isyarat dan apabila tidak mampu cukup dikerjakan didalam hati selama akal dan jiwanya masih ada.

2.12.    Shalat-shalat Sunat
1.      Shalat Rawatib
Shalat rawatib ialah shalat yang dikerjakan sebelum dan sesudah shalat fardlu. Seliruh dari shalat rawatib ini ada 22 raka’at, yakni :
2 raka’at sebelum shalat shubuh (sesudah shalat shubuh tidak ada shalat ba’diyah).
2 raka’at sebelum shalat dhuhur. 2 atau 4 raka’at sesudah shalat dhuhur.
2 raka’at atau 4 raka’at sebelum shalat ‘ashar, (sesudah shalat ‘ashar tidak ada sunat ba’diyah).
2 raka’at sebelum shalat maghrib.
2 raka’at sebelum shalat ‘isya.
2 raka’at sesudah shalat ‘isya.

Dalam shalat sunnat rawatib ini niat tiap-tiap shalat hamper sama cman yang membedakan ialah jika sebelum shalat fardlu ditambah “QABLIYYATAN” dan sesudah shalat fardlu ditambah “BA’DIYAATAN”.
a.       Niatnya menurut macam-macam shalat.
b.      Tidak dengan adzan dan iqamah.
c.       Dikerjakan tidak dengan berjama’ah.
d.      Bacaannya tidak dinyaringkan.
e.       Jika lebih dari dua raka’atm tiap-tiap dua raka’at satu salam.
f.       Diutamakan sebaiknya tempat mengerjakan pindah bergeser sedikit dari tempat shalat fardlu yang baru dikerjakan.

2.      Shalat Sunat Wudlu’
Setiap kali seseorang selesai wudlu’, disunatkan mengerjakan shalat wudlu’ dua raka’at, dan cara mengerjakannya yaitu :
a.       Sehabis berwudlu’ sebagaimana biasa kita disunatkan membaca do’a berwudlu.
b.      Selesai membaca do’a tersebut, lalu melaksanakan shalat sunat wudlu’ dua raka’at, dengsn lafazh :
“Ushalli sunnatal wudlu-I rak’ataini lillaahi ta’ala”.allahu akbar.
Artinya : “Aku niat shalat sunat wudlu’ dua raka’at karena Allah ta’ala”. Allahu akbar.

3.      Shalat Dluha
            Shalat dluha ialah shalat sunat yang dikerjakan pada waktu matahari sedang naik. Sekurang-kurangnya shalat dluha ini dua raka’at, boleh empat, enam, atau delapan raka’at. Waktu shalat dluha ini kira-kira matahari sedang naik setinggi
± 7 hasta (pukul 7 sampai masuk waktu zhuhur).

Bacaan surat dalam shalat dluha pada raka’at pertama ialah surat Asy Syamsu (Wasy syamsi wadluhaaha) dan pada raka’at kedua surat addl-dluha ( Wadl-dluhaa wal laili).
Lafazh niat shalat dluha :
“Ushalli sunnatadl dluha rak’ataini lilaahi ta’ala”. Allahu akbar.
Artinya : “Aku niat shalat sunat dluha dua raka’at, karena Allah ta’ala”. Allahu akbar.

4.      Shalat Tahiyyatul Masjid
Shalat tahiyyatul masjid ialah shalat sunnat yang dikerjakan oleh jama’ah yang sedang masuk masjid, baik pada hari jum’at maupun lainnya, diwaktu malam ataupun siang.

Jika masuk ke dalam masjid, hendaklah sebelum duduk kita mengerjakan shalat sunnat dua raka’at. Shalat sunnat ini disebut shalat tahiyyatul masjid, artinya shalat untuk menghormati masjid.
Lafazh niatnya :
“Ushalli sunnata tahiyyatal masjidi rak’ataini lillaahi ta’aala”. Allahu akbar.
Artinya : “Aku niat shalat sunnat tahiyyatul masjid dua raka’atkarena Allah ta’alaa”. Allahu akbar.

Orang yang masuk ke masjid dikala khatib sedang berkhutbah, hendaknya shalat tahiyyatul masjid dilakukan dengan ringan, artinya jangan terlalu lama, untuk segera dapat mendengarkan khutbah.

5.      Shalat Tahajjud
Shalat tahajjud ialah shalat sunat yang dikerjakan pada waktu malam; sedikitnya dua raka’at dan sebanyak-banyaknya tidak terbatas. Waktunya sesudah shalat ‘isya sampai terbit fajar. Shalat diwaktu malam hanya dapat disebut shalat tahajjud dengan syarat apabila dilakukan sesudah bangun dari tidur malam, sekalipun tidur itu hanya sebentar. Jadi apabila dilakukan tanpa tidur sebelumnya, maka ini bukan shalat tahajjud, tetapi shalat sunanah saja seperti shalat witir dan sebagainya.

Kalau sudah diketahui waktu melakukan ibadah ini dari waktu ‘isya sampai waktu subuh, dan sepanjang malam itu ada saat-saat utama, lebih utama dan paling utama, maka waktu malam yang panjang itu dapat kita bagi menjadi tiga bagian :
a.    Sepertiga pertama, yaitu kira-kira dari jam 19 sampai dengan 22, ini saat utama.
b.   Sepertiga kedua, yaitu kira-kira dari jam 22 sampai dengan jam 1, ini saat yang lebih utama.
c.    Sepertiga ketiga , yaitu kira-kira dari jam 1 sampai dengan masuk waktu shubuh, ini adalah saat yang paling utama.

Lafazh niatnya :

“Ushalli sunnatat tahajjudi rak’ataini lillaahi ta’ala”. Allahu akbar.
Artinya : “Aku niat shalat tahajjud dua raka’at karena Allah ta’ala”. Allahu akbar.

6.      Shalat Istikharah
Shalat Istikharah ialah shalat sunnat dua raka’at untuk memohon kepada Allah ketentuan pilihan yang lebih baik di antara dua hal yang belum ditentukan baik buruknya, yakni apabila seseorang berhajat dan bercita-cita akan mengerjakan sesuatu maksud, sedang ia ragu-ragu dalam pekerjaan atau maksud itu, apakah dilakukan terus atau tidak, disunatkan shalat istikharah dua raka’at.

Shalat istikharah dan shalat hajat waktunya lebih utama, jika dikerrjakan seperti shalat tahajjud yakni di malam hari, dan dikerjakan seperti shalat biasa, sesudah selesai shalat dengan sempurna kemudian terus berdo’a dengan do’a istikharah dan sesudah berdo’a hendaknya memilih dalam hati, mana yang cenderung hati antara dua hal itu.
    
Lafazh niatnya :
“Ushalli sunnatal istikhaarati rak’ataini lillaahi ta’alaa”. Allahu akbar.
Artinya : “aku niat shalat sunat istikharah dua raka’at karena Allah ta’alaa”. Allahu akbar.

7.      Shalat Sunnat Muthlaq
Shalat sunnat muthlaq ialah sunat yang boleh dikerjakan pada waktu kapan saja, kecuali pada waktu yang dilarang mengerjakan shalat sunnat. Jumlah raka’atnya tidak terbatas dan tiap-tiap raka’at satu salam.

Shalat sunat muthlaq yakni sunat yang tidak bersebab, bukan karena masuk ke masjid, bukan karna shalat qabliyah atau ba’diyah shalat fardlu dan lainnya. Shalat ini semata-mata shalat sunat muthlaq, kapan dan di mana saja dikerjakan, asal jangan diwaktu haram.

Lafazh niatnya :
“Ushalli sunnatan rak’ataini lillaahi ta’aala”. Allahu akbar.
Artinya : “Aku niat shalat sunat dua raka’at karena Allah ta’ala. Allahu akbar.

8.      Shalat Sunnat Awwabin
Sesudah sunnat ba’dal maghrib (ba’diyyah), disunnatkan pula bagi siapa saja yang mengerjakan sunnat dua sampai enam raka’at, yang dinamakan shalat sunnat awwabin.

Cara mengerjakan yaitu :
a.    Shalat dengan lafazh niat :
“Ushalli raka’ataini shalaatal awwaabin, sunnatan lillaahi ta’aalaa”. Allahu akbar.
Artinya : “Aku niat shalat dua raka’at sunnat awwabin, karena Allh ta’ala”. Allahu akbar.
b.   Sesudah membaca fatihah pada raka’at pertama, bacalah Surah Ikhlash enam kali, Surah Al-Falaq, dan An-Nas sekali, demikian pula pada raka’at kedua.
c.    Sehabis salam dua raka’at ini, maka shalat lagi dua raka’at. Dan dibaca pada raka’at pertama dan kedua sesudah Al-Fatihah mana saja surah yang dikehendaki.
d.   Sesudah itu pula, berdiri lagi dengan lafazh niatnya seperti yang di atas, dilaksanakan dua raka’at, dengan bacaan pada raka’at pertama sesudah surah Al-Fatihah bacalah surat Al-Kafirun dan raka’at kedua setelah Al-Fatihah Baca Surah Al-Ikhlas.

9.      Shalat Sunnat Tasbih
Shalat sunat tasbih ialah shalat yang sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah SAW kepada Sayyidina abba Ibnu Abdul Muthalib.

Shalat tasbih ini di anjurkan mengamalkannya, kalau bias tiap-tiap malam, kalau tidak bias tiap malam, maka sekali seminggu, kalau pun juga tidak snggup, maka sekali sebulan atau sekali setahun kalaupun tidak sanggup jga maka setidaknya lakukan sekali seumur hidup.
a.    Jika dikerrjakan pada siang hari, hendaknya dikerjakan 4 raka’at dengan satu salam.
b.   Kalau dikerjakan pada malam hari, hendaknya 4 raka’at itu dijadikan 2 salam.
            Lafazh niat shalat tasbih :
“Ushalli sunnatat tasbiihi rak’ataini lillahi ta’alaa”. Allahu akbar.
Artinya : “Aku niat shalat tasbih dua raka’at, karena Allah”. Allahu akbar

10.  Shalat Sunat Taubah
Shalat taubat ialah shalat yang disunatkan. Sholat ini dilakukan setelah seseorang melakukan dosa atau merasa berbuat dosa, lalu berrtaubat kepada Allah SWT.

Berbuat dari suatu dosa artinya menyesal atas perbuatan yang telah dilakukannya, dan berniat tidak akan mengulanginya lagi disertai dengan permohonan ampunan kepada Allah SWT.

Lafazh niat shalat taubah :
“Ushalli sunnatat taubati rak’ataini lillaahi ta’alaa”. Allahu akbar.
Artinya : “Aku berniat shalat sunat taubat dua raka’at karena Allah ta’alaa”. Allahu akbar

11.  Shalat Sunnat Hajat
Shalat hajat ialah shalat sunat yang dikerjakan karena mempunyai hajat agar diperkenankan hajatnya oleh Tuhan. Shalat sunat hajat dikerjakan dua raka’at, kemudian berdo’a memohon sesuatu yang menjadi hajatnya.

Shalat hajat ini banyak macam ragam cara mengerjakannya yakni bukan syarat rukunnya tidak, hanya pada bacaan dan tertibnya berlainan cara mengerjakannya.

Pada pokoknya shalat hajat itu dilaksanakan dua raka’at sampai dengan 12 raka’at, dengan tiap dua raka’at satu salam.

Ayat-ayatnya terserah kepada yang mengerjakannya dan diperbuat dua raka’at sehingga mencapai 12 raka’at jumlahnya. Dan seperti shalat-shalat lain.

Lafazh niatnya :
“Ushalli sunnatal haajati rak’ataini lillaahi ta’alaa”. Allahu akbar
Artinya : “Aku niat shalat sunat hajat dua raka’at karena Allah ta’alaa”. Allahu akbar

12.  Shalat Tarawih
Shalat tarawih adlah shalat malam yang dikerjakan pada bulan ramadhan. Shalat ini hukumnya sunnat muakkad, boleh dikerjakan sendiri –sendiri atau berjama’ah.

Shalat tarawih ini dilakukan sesudah shalat ‘isya sampai waktu fajar. Bilangan raka’atnya yang perrnah dilakukan Rasulullah SAW ada delapan raka’at. Umar bin khathab mengerjakannya smapai 20 raka’at, amalan Umar bin Khathab ini disepakati oleh Ijma’.

Cara mengerjakannya :
Tiap-tiap dua raka’at diakhiri dengan salam. Setelah selesai shalat tarawih hendaknya diteruskan dengan shalat witir, seekurng-kurangnya satu raka’at. Tetapi pada umumnya dikerjakan tiga raka’at dengan dua salam dan boleh juga dikerjakan dengan satu salam.

Surat yang dibaca sesudah Al-Fatihah pada tiap-tiap raka’at boleh mana saja yang kita kehendaki. Umpama mulai dari surat At-Takatsur sampai surat Lahab, sedang pada raka’at kedua setelah membaca Fatihah yang di baca boleh sembarang surah, tetapi diutamakan surah Al-Ihklash.

Lafazh niat:
“Ushalli sunnatat taraawiihi rak’atain (ma’muman/imaaman) lillaahi ta’alaa.
Artinya : “Aku niat shalat tarawih dua raka’at (makmum/ imam) karena Allah ta’ala”.

13.  Shalat Witir
Shalat witir hukumnya sunat, ialah shalat sunat yang sangat diutamakan. Pada bulan ramadlan di sunatkan setelah 15 malam pertama membaca do’a qunut di rakaat terakhir shalat witir, yakni sesudah I’tidal dan sesudahnya sampai salam.

Lafazh niatnya :
“Ushalli sunnatal witri rak’atain lillahi ta’alaa”
Artinya : “Aku niat shalat sunat witir dua rakaat karena Allah ta’alaa”.



14.  Shalat ‘ID/ Hari Raya
Shalat hari raya ada dua, yaitu hari raya Fitrah tanggal 1 syawal dan pada hari-hari raya Adl-ha tanggal 10 dzulhijjah.

Waktu shalat ‘id dimulai dari terbit matahari sampai tergelincirnya. Kedua shalat hari raya tersebut, hukumnya sunnat muakkad bagi laki-laki dan perempuan, mukim atau musafir. Boleh dikerjakan sendirian dan sebaliknya dilakukan berjama’ah.

Lafazh niatnya :
Shalat idul fitri : “ushalli sunnatan li’iidil fithri rak’ataini (ma’muman) lillaahi                                                        ta’alaa”. Allahu akbar.
Shalat idul adl-ha : “ushalli sunnatan li’iidil adl-haa rak’ataini (ma’muman) lillaahi                                                        ta’alaa”. Allahu akbar.

Pada raka’at perrtama setelah niat dan tkbiratul ihram membaca do’a iftitah selanjutnya takbir 7 kali dan setiap habis takbir disunatkan membaca “SUBHAAN NAALLAH WALLHAMDU LILLAHI WALAILAAHA ILAA ALLAHU WA ALLAHU AKBAR”.
Dan pada raka’at kedua takbir 5 kali dan setiap takbir disunatkan membaca tasbih yang sama di atas.

Khuthbah dilaksanakan setelah shalat dua raka’at. Pada khuthbah pertama membaca takbir 9 kali dan khuthbah kedua membaca takbir 7 kali dan pembacaannya harus berturut-turut. Khutbah hendaknya dalam idul fitri menerangkan tentang zakat fitrah dan idul adl-ha menerangkan tentang haji dan hokum kurban.

15.  Shalat Dua Gerhana
Shalat kesufaian ialah shalat dua gerhana, yakni karena gerhana bulan dan gerrhana matahari.

Lafazh niatnya :
“Ushalli sunnatal khusuufi rak’ataini lillaahi ta’alaa”. gerhana bulan)
“Ushalli sunnatal kusuufi rak’ataini lillaahi ta’alaa”. (gerhana matahari)

16.  Shalat Istisqa’ (Memohon Hujan)
Shalat istisqa adalah shalat sunnat untuk memohon hujan dan disunnatkan bagi orang-orang yang muqmin atau musafir, dikala sangat menghajatkan hujan air karena tidak ada hujan atau keputusan air dari sumbernya.



Cara melaksakannya:
1.      Berdo’a saja sembarang tempat dan waktu, dengan suara yang nyaring atau lemah.
2.      Menambah do’a istisqa (memohon turunnya hujan) pada khuthbah jum’at.
3.      Dengan shalat dua raka’at yang di sertai dengan dua khuthbah.
            Lafazh niatnya :
“Ushalli sunnatal istiqaa-I rak’ataini (imaman/ ma’muman) lillaahi ta’ala”.
Dianjurkan tiga hari sebelum melakukan shalat istiqa, imam atau ulama memerintahkan kaumnya agar berpuasa tiga hari lamanya dan beramal baik. Pada hari keempat semua penduduk disuruh keluar dari rumah bahkan binatang ternak. Dan dianjurkan banyak-banyak membaca istigfar. Setelah salam khatib membacakan dua khuthbah dan pada khuthbah pertama dimulai dengan membaca 9 kali istighfar dan khuthbah kedua membaca istighfar 7 kali.
17.  Shalat jenazah
1.      Syarat-syarat shalat jenazah :
a.       Shalat jenazah sama halnya dengan shalat yang lain, yaitu harus menutupi aurat, suci hadats dan najis baik badan, tempat, pakaian dan tempatnya.
b.      Mayit sudah dimandikan dan dikafani.
c.       Letak mayit sebelah kiblat orang yang menyalatinya, kecuali kalau shalat dilakukan di atas kubur atau shalat gaib.

2.      Rukun dan cara mengerjakan shalat jenazah :
Shalat jenazah tidak dengan ruku’ dan sujud serta tidak dengan adzan dan iqamat, caranya adalah :
a.       Setelah berdiri niat, menyengaja melakukan shalat atas mayit dengan empat takbir, menghadap qiblat karena Allah.
“Ushallii ‘alaa haadzal mayyiti arba’a tak biiraatin fardlal kifaayati (ma’muuman/ imaaman) lillaahi ta’aalaa”. Allahu akbar.
Artinya : “Aku niat shalat atas mayit ini empat Takbir fardlu kifayah karena Allah”. Allahu Akbar.
b.      Setelah takbiratul ihram, yakni setelah mengucapkan “ALLAHU AKBAR” bersamaan dengan niat, sambil meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri diatas perut (sedakep), kemudian membaca Fatihah terus takbir membaca “Allaahu Akbar”.
c.       Setelah takbir yang kedua, terus membaca shalawat atas Nabi “ALLAHUMMA SHALLI ‘ALAA MUHAMMADIN”.
d.      Setelah takbir yang ketiga, kemudian membaca do’a sekurang-kurangnya “ALLAAHUMMAGFIR LAHUU WARHAMHU WA’AAFIHI WA’FU ‘ANHU”.
Jika mayit perempuan lafazh lahu menjadi lahaa dan seterusnya.
e.       Setelah takbir keempat, membaca do’a : “ALLAAHUMMA LAA TAHRIMNAA AJRAHU WALAA TAFTINNAA BA’DAHU WAGHFIR LANAA WALAHU”.
f.       Kemudian member salam sambil memanggil muka ke kanan dan ke kiri dengan ucapan : “ASSALAAMU’ALAIKUM WARAHMATULLAAHI WABARAKAATUH”

18.  Shalat Ghaib
Bila ada keluarga yang meninggal ditempat yang jauh dari sanak saudaranya, maka disunnatkan juga kita melakukan shalat ghaib atas mayat itu tersebut walaupun sudah lewat seminggu atau lebih. Shalat ghaib pada mayit itu adalah sah, sebagaimana shalat jenazah biasa.

Bacaanya sama saja dengan shalat jenazah yang bukan ghaib, hanya niatnya saja disebutkan atas mayit ghaib, yakni dengan lafazh : “USHALLI ALAL MAYYITIL GHAAIBI ARBA’ATAKBIIRATIIN FARDLAL KIFAAYATI  (MA’MUUMAN/ IMAAMAN) LILAAHI TA’AALAA”. ALLAHU AKBAR.

2.13.        Waktu-waktu yang di larang shalat
Ada lima waktu yang tidak boleh ditempati melakukan shalat, kecuali shalat yang mempunyai sebab, yaitu :
1.      Setelah shalat shubuh hingga terbitnya matahari.
2.      Ketika tertibnya matahari hingga sempurna dan naik seekurang-kurangnya setinggi tombak (± 10 derajat dari permukaan bumi).
3.      Ketika matahari rembang (diatas kepala) hingga condong sedikit ke barat.
4.      Setelah shalat ‘ashar hingga terbenamnya matahari.
5.      Ketika mulai terbenamnya matahari hingga sempurnA.



BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dari uraian diatas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1.   Sholat ialah ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri       dengan salam, disertai dengan syarat yang sudah ditentukan.
2.   Syarat wajib sholat ada tiga perkara yaitu: Islam, Baligh dan berakal.
3.   Syarat-syarat sahnya sholat ada lima perkara, yaitu : suci, menutup aurat, berdiri di tempat suci, menghadap kiblat, mengetahui waktu masuknya sholat.
4.   Rukun sholat: Niat, berdiri jika kuasa, takbiratul ihram, membaca Al-Fatihah, rukuk dan tumakninanya, I’tidal dan tumakninanya, sujud dan tumakninanya, duduk diantara dua sujud dan tumakninanya, duduk akhir, tasyahud akhir, membaca salawat pada tasyahud akhir, mengucap salam dan niat mengakhiri sholat.
5.   Shalat fardlu beserta niat dan waktu mengerjakannya.
6.   Bacaan-bacaan dan tata cara shalat.
7.    Macam-macam sholat sunnah: sholat sunnah rawatib, sholat wudlu’, sholat dlu-ha, sholat tahiyyatul masjid, sholat tahajjud, sholat muthlaq, sholat awwabin, sholat tasbih, sholat taubah, sholat sunnah hajat, sholat sunnah tarawih, sholat witir, shalat ‘id, shalat dua gerhana, shalat istisqa’, shalat jenazah, dan shalat qhaib beserta dengan niatnya.
8.   Waktu-waktu yang diharamkan shalat.

3.2.Saran-saran
Saya  sebagai penyusun makalah ini, sangat mengharap atas segala saran-saran dan kritikan bagi para pembaca yang kami hormati guna untuk membangun pada masa yang akan datang untuk menjadi yang lebih baik dalam membenarkan alur-alur yang semestinya kurang memuaskan bagi tugas yang kami laksanakan.




DAFTAR PUSTAKA

Rifa’I, Mohammad.1999.Risalah Tuntunan Shalat Lengkap.Semarang: C.V. Toha Putra
http://islam.elvini.net/shalat.cgi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar